page view stat

Archive for Oktober 2012

Reksa Dana Atau Asuransi ???


.

Dalam rangka menyiapkan dana untuk pendidikan, instrumen keuangan mana yang lebih cocok: reksa dana atau asuransi? Boleh jadi ada yang menjawab reksa dana — yang mampu memberi tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi.

Tetapi apakah cukup sampai situ pertimbangannya? Mungkinkah reksa dana dan asuransi dibandingkan?

Membandingkan reksa dan asuransi dari segi return tentu tidak memadai. Sebab ada informasi lain yang disembunyikan, yakni faktor risiko yang menyertai.

Perlu diingat, reksa dana dan asuransi adalah dua jenis instrumen keuangan yang berbeda. Asuransi merupakan salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan atau  transfer risiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.

Sementara pada reksa dana, sebagai instrumen investasi, risiko ditanggung oleh pemilik dana walaupun mengamanatkan uangnya kepada manajer investasi. Karena itulah, membandingkan dua instrumen ini menjadi kurang bijak — seperti banyak nasihat investasi yang kita dengar.

Hal penting yang perlu disadari, reksa dana merupakan sarana investasi bagi individu yang pengelolaan risikonya dilakukan oleh manajer investasi. Namun yang menanggung risiko tetap pemilik dana. Instrumen ini hanya menawarkan kemudahan. Baik dari sisi nilai investasi yang ditanam maupun akses pada instrumen investasinya.

Dengan reksa dana, para investor ikut investasi dananya pada saham maupun surat utang atau lainnya, yang sudah dikombinasikan oleh perusahaan penerbit. Kombinasi ini merupakan cara yang dilakukan sebagai upaya mengurangi tingkat risiko yang berpotensi muncul.

Terkait dengan instrumen investasinya, untung-rugi pada reksa dana dilihat dari selisih nilai aktiva bersih (NAB) per unit saat membeli dengan menjual. Bersyukurlah jika hasilnya positif, karena itu berarti keuntungan. Kalau turun, berarti sebaliknya, harus tabah menerima kerugian. Di sinilah risiko nilai investasi pada reksa dana itu terjadi.

Risiko kecil, memang bisa didapat dari reksa dana terproteksi. Pada instrumen ini, yang dimaksud proteksi itu terkait dengan pengelolaan instrumen investasinya. Biasanya dibelanjakan surat utang negara, yang lazim dikenal zero risk alias tanpa risiko.

Meski pada kenyataannya, ini pun tidak sepenuhnya tanpa risiko, seperti yang terjadi pada kasus Yunani. Akibat krisis, pemerintah Yunani memberikan pilihan sulit kepada investor atas portofolio surat utannya yang segera jatuh tempo: tidak terbayar atau kena diskon besar plus penundaan pembayaran. Tentu ini sangat jarang terjadi.

Kembali ke soal yang disebut di atas. Bagaimana jika kita ingin menyiapkan biaya pendidikan? Tentu yang diharapkan dari pemilik dana adalah bisa membayar biaya sekolah pada kurun waktu tertentu atau saat dibutuhkan. Dengan sejumlah nilai tertentu yang dibayar pada saat ini, diharapkan mampu menutupi biaya pendidikan di masa mendatang.

Nah, jika instrumen pengamanan dana yang dipilih adalah reksa dana, jangan lupa, di dalamnya ada risiko. Apalagi dalam situasi gejolak perekonomian seperti sekarang yang makin menyebabkan tidak pastinya pasar keuangan, tentu risiko makin besar.

Karena itu, satu hal yang harus dipahami dalam berinvestasi, selalu ada unsur spekulasi di dalamnya. Sudah melekat.

Hal ini sangat berbeda dengan asuransi, yang justru mengalihkan risiko kepada penerbit, sehingga jauh lebih aman. Apalagi jika peserta terkena musibah, sehingga tak lagi mampu membayar, hak dana yang besarannya sudah dipatok dan cair pada kurun waktu tertentu tetap bisa diambil tanpa kekurangan. Namun tentu saja, janji keuntungannya lebih rendah dibandingkan investasi.

Karena itu, tetap saja pilihan ada pada pemilik dana. Mau untung lebih besar, jangan lupa, harus siap pula menanggung potensi risiko yang ada.

Menjaga keamanan dana — di tengah banyaknya tawaran instrumen untuk mengembangkan — sebaiknya dijadikan prioritas sebelum aset tersebut ditempatkan. Dalam bentuk apa pun. Apalagi jika dana yang ada cenderung pas-pasan.

Mungkin pernyataan Mark Twain, penulis dan humoris Amerika (1835-1910) layak dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan: Oktober merupakan bulan yang paling berbahaya untuk berspekulasi di pasar modal. Bulan lain yang juga berbahaya adalah Juli, Januari, September, April, November, Mei, Maret. Juni, Desember, Agustus dan Februari.

Pesan yang ingin disampaikan penulis “The Adventures of Tom Sawyer” (1876) itu, tak ada satu bulan pun yang aman untuk berspekulasi :)

Herry Gunawan, pendiri Plasadana.com

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI


.



ABSTRAKSI

Dwi Fajar Wati,
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BEI.
Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2012
Kata Kunci : GCG, Manajemen Laba, Komisaris Independen, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan,

(xii + 79 + Lampiran)

Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetris antara pemilik dan pengelola perusahaan, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dan sehat dengan prinsip-prinsip yang dimiliki yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kewajaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance dengan menggunakan variabel berupa proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah perusahaan - perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Penelitian ini menggunakan discretionary accruals model Jones. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dengan tingkat signifikan masing-masing 0,368, 0,524 dan 0,586. Serta variabel-variabel tersebut hanya dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 4,5%.

Daftar Pustaka (1976-2011)








Benarkah Suntik Vitamin C Bisa Memutihkan Kulit?


.

Betul, vitamin C bisa membantu mencerahkan kulit. Tapi, seperti juga pencerah kulit yang dioles di kulit, hasilnya tidak bersifat permanen, karena warna kulit sangat bergantung kepada gen masing-masing orang.

Suntik vitamin C banyak jenisnya, untuk itu harus berkonsultasi dengan dokter. Bukan hanya dokter kulit (dermatolog) tapi juga ke dokter umum, Karena suntik vitamin C bisa memberatkan kerja ginjal dan tidak semua orang boleh melakukan suntik vitamin C. Hal ini bisa jadi berbahaya untuk jangka panjang.

Penyuntikan pun harus dilakukan oleh tenaga medis profesional. Harus diingat juga, banyak ampul vitamin C dijual dengan tidak bertanggung jawab, tanpa diketahui secara pasti kandungan dan dosisnya. Untuk itu, harus lebih berhati-hati memilih tempat suntik dan produknya.

Perlu diwaspadai juga dosis dari suntik vitamin C tersebut. Apabila memang ingin melakukan prosedur tersebut, ikuti baik-baik dosis yang disarankan. Karena, terlalu banyak suntik vitamin C bisa menyebabkan overdosis dan mengarah ke pembentukan batu ginjal dalam jangka panjang.

Apakah suntik vitamin C dapat menghilangkan jerawat? Salah satu penyebab timbulnya jerawat adalah penumpukan radikal bebas, dan antioksidan seperti vitamin C bisa menekan radikal bebas.

Tapi tiap orang kan beda-beda sebab berjerawatnya. Jadi kalau kamu berjerawat karena penggunaan kosmetik yang tidak cocok, perawatan kulit yang tidak bersih, hormon atau stres, suntik vitamin C tidak menjadi jalan keluar masalah jerawatmu.

suumber : yahoo.com