Dalam rangka menyiapkan dana untuk pendidikan, instrumen keuangan mana
yang lebih cocok: reksa dana atau asuransi? Boleh jadi ada yang menjawab
reksa dana — yang mampu memberi tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi.
Tetapi apakah cukup sampai situ pertimbangannya? Mungkinkah reksa dana dan asuransi dibandingkan?
Membandingkan
reksa dan asuransi dari segi return tentu tidak memadai. Sebab ada
informasi lain yang disembunyikan, yakni faktor risiko yang menyertai.
Perlu
diingat, reksa dana dan asuransi adalah dua jenis instrumen keuangan
yang berbeda. Asuransi merupakan salah satu bentuk pengendalian risiko
yang dilakukan dengan cara mengalihkan atau transfer risiko dari
nasabah kepada perusahaan asuransi.
Sementara pada reksa dana,
sebagai instrumen investasi, risiko ditanggung oleh pemilik dana
walaupun mengamanatkan uangnya kepada manajer investasi. Karena itulah,
membandingkan dua instrumen ini menjadi kurang bijak — seperti banyak
nasihat investasi yang kita dengar.
Hal penting yang perlu
disadari, reksa dana merupakan sarana investasi bagi individu yang
pengelolaan risikonya dilakukan oleh manajer investasi. Namun yang
menanggung risiko tetap pemilik dana. Instrumen ini hanya menawarkan
kemudahan. Baik dari sisi nilai investasi yang ditanam maupun akses pada
instrumen investasinya.
Dengan reksa dana, para investor ikut
investasi dananya pada saham maupun surat utang atau lainnya, yang sudah
dikombinasikan oleh perusahaan penerbit. Kombinasi ini merupakan cara
yang dilakukan sebagai upaya mengurangi tingkat risiko yang berpotensi
muncul.
Terkait dengan instrumen investasinya, untung-rugi pada
reksa dana dilihat dari selisih nilai aktiva bersih (NAB) per unit saat
membeli dengan menjual. Bersyukurlah jika hasilnya positif, karena itu
berarti keuntungan. Kalau turun, berarti sebaliknya, harus tabah
menerima kerugian. Di sinilah risiko nilai investasi pada reksa dana itu
terjadi.
Risiko kecil, memang bisa didapat dari reksa dana
terproteksi. Pada instrumen ini, yang dimaksud proteksi itu terkait
dengan pengelolaan instrumen investasinya. Biasanya dibelanjakan surat
utang negara, yang lazim dikenal zero risk alias tanpa risiko.
Meski
pada kenyataannya, ini pun tidak sepenuhnya tanpa risiko, seperti yang
terjadi pada kasus Yunani. Akibat krisis, pemerintah Yunani memberikan
pilihan sulit kepada investor atas portofolio surat utannya yang segera
jatuh tempo: tidak terbayar atau kena diskon besar plus penundaan
pembayaran. Tentu ini sangat jarang terjadi.
Kembali ke soal yang
disebut di atas. Bagaimana jika kita ingin menyiapkan biaya pendidikan?
Tentu yang diharapkan dari pemilik dana adalah bisa membayar biaya
sekolah pada kurun waktu tertentu atau saat dibutuhkan. Dengan sejumlah
nilai tertentu yang dibayar pada saat ini, diharapkan mampu menutupi
biaya pendidikan di masa mendatang.
Nah, jika instrumen
pengamanan dana yang dipilih adalah reksa dana, jangan lupa, di dalamnya
ada risiko. Apalagi dalam situasi gejolak perekonomian seperti sekarang
yang makin menyebabkan tidak pastinya pasar keuangan, tentu risiko
makin besar.
Karena itu, satu hal yang harus dipahami dalam berinvestasi, selalu ada unsur spekulasi di dalamnya. Sudah melekat.
Hal
ini sangat berbeda dengan asuransi, yang justru mengalihkan risiko
kepada penerbit, sehingga jauh lebih aman. Apalagi jika peserta terkena
musibah, sehingga tak lagi mampu membayar, hak dana yang besarannya
sudah dipatok dan cair pada kurun waktu tertentu tetap bisa diambil
tanpa kekurangan. Namun tentu saja, janji keuntungannya lebih rendah
dibandingkan investasi.
Karena itu, tetap saja pilihan ada pada
pemilik dana. Mau untung lebih besar, jangan lupa, harus siap pula
menanggung potensi risiko yang ada.
Menjaga keamanan dana — di
tengah banyaknya tawaran instrumen untuk mengembangkan — sebaiknya
dijadikan prioritas sebelum aset tersebut ditempatkan. Dalam bentuk apa
pun. Apalagi jika dana yang ada cenderung pas-pasan.
Mungkin
pernyataan Mark Twain, penulis dan humoris Amerika (1835-1910) layak
dijadikan pertimbangan sebelum memutuskan: Oktober merupakan bulan yang
paling berbahaya untuk berspekulasi di pasar modal. Bulan lain yang juga
berbahaya adalah Juli, Januari, September, April, November, Mei, Maret.
Juni, Desember, Agustus dan Februari.
Pesan yang ingin
disampaikan penulis “The Adventures of Tom Sawyer” (1876) itu, tak ada
satu bulan pun yang aman untuk berspekulasi :)
Herry Gunawan, pendiri Plasadana.com
page view stat
No Comments
Reksa Dana Atau Asuransi ???
.