page view stat

Sosiologi dan Politik


.

BAB I

PENDAHULUAN

Sepeti ilmu-ilmu lainnya, sosiologi awalnya menjadi bagian dari filsafat sosial. Ilmu ini membahas tentang masyarakat.

Istilah Sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius berasal dari bahasa latin yang berarti kawan dan logos berasal dari bahasa yunani yang berarti kata atau berbicara. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Ada banyak tokoh-tokoh yang berusaha mendefinisikan sosiologi. Di antaranya sebagai berikut.

  • Charles Ellwood mengemukakan bahwa sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan golongannya, asal dan kemajuannya, bentuk dan kewajibannya.
  • Herbert Spencer mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari tumbuh, bangun, dan kewajiban masyarakat.
  • Max Weber mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari tindakan-tindakan sosial.
  • Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Sosiologi memusatkan kajiannya pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan suatu kelompok. Adat istiadat, tradisi, nilai-nilai hidup suatu kelompok,, proses interaksi di antara kelompok, dan perkembangan lembaga-lembaga merupakan perhatian sosiologi.

Sebagai bagian dari ilmu sosial objek sosiologi adalah masyarakat dengan focus pada hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan proses yang ditimbulkan dari hubungan tersebut. Sedangkan Tujuan sosiologi adalah meningkatkan daya dan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Caranya adalah dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

BAB II

SOSIOLOGI DAN PERKEMBANGANNYA

A. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pada abad ke-19, seorang filsuf Prancis bernama Auguste Comte (1798-1857) mengemukakan kekhawatirannya atas keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Comte melihat selain perubahan positif, yaitu munculnya demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan konflik antarkelas di dalam masyarakat. Konflik ini terjadi akibat masyarakat tidak mengetahui cara mengatasi perubahan atau hukum-hukum apa saja yang dapat digunakan untuk mengaturnya. Akibatnya terjadi anarkisme (tidak adanya aturan yang mengendalikan masyarakat) dalam masyarakat Prancis.

Atas dasar ini Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri dan penelitian tersebut harus berdasarkan pada metode-metode ilmiah. Saat itu, Comte membayangkan suatu penemuan hukum-hukum fisik yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Comte kemudian menamakan ilmu ini sosiologi. Comte kemudian disebut sebagai Bapak Sosiologi. Dalam bukunya Cours de Philosophie Positive, Comte mengemukakan hukum kemajuan manusia atau hukum tiga jenjang/tahap. Menurutnya sejarah manusia akan melewati tiga jenjang/tahap mendaki.

1. Pertama, jenjang teologi, yaitu suatu tahap dimana semangat dalam mencari penyebab fenomena-fenomena yang terjadi dengan cara menghubungkannya dengan benda-benda keramat atau dengan mahluk gaib. Dimana manusia mencoba menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada yang adikodrati (kepercayaan magis).

2. Kedua, jenjang metafisika, yaitu suatu tahap dimana semangat manusia dalam mencari penyebab fenomena yang terjadi dengan cara menghubungkan kekuatan-kekuatan abstrak seperti alam, materi, dan akal sehat. Yang dimana penafsiran manusia mengacu pada kekuatan metafisik atau abstrak yang belum ada penjelasannya atau pembuktiannya.

3. Ketiga, jenjang positif, yaitu suatu tahapan akhir di mana manusia dalam mencari penyebab fenomena yang terjadi berdasarkan hukum-hukum pasti yang berasal dari pengetahuan yang ditemukan berdasarkan metode dan data ilmiah yang jelas. Pada kondisi ini manusia dalam menafsirkan fenomena sangat percaya pada soal adanya rumus-rumus dan hukum-hukum yang berlaku berdasarkan temuan-temuan manusia tiu sendiri, seperti adanya siang dan malam karena rotasi bumi memutari matahari.

Meskipun Comte menciptakan istilah sosiologi, akan tetapi Herbert Spencer mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku tersebut, Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat. Menurutnya, suatu organ akan lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena ada diferensiasi di dalam bagian-bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang tersusun atas bagian-bagian yang saling bergantung sebagaimana pada organisme hidup. Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti, jika ada peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari homogen ke heterogen; dari yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

B. Kedudukan Sosiologi dengan Ilmu-Ilmu Lain

Meskipun sama-sama mengkaji masyarakat dan memiliki hubungan, ada beberapa perbedaan antara sosiologi dengan ilmu-ilmu lain, terutama ilmu-ilmu sosial.

· Sosiologi dan Ilmu Politik

Ilmu politik pada dasarnya mempelajari daya upaya untuk memperoleh, mempertahankan, dan menggunakan kekuasaa, sementara sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola yang juga umum. Bagi sosiologi, soal daya upaya untuk mendapatkan kekuasaan digambarkan sebagai salah satu bentuk persaingan, pertikaian, atau konflik.

· Sosiologi dan Ekonomi

Ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan materiilnya, sementara sosiologi mempelajari unsur-unsur dalam masyarakat secara keseluruhan. Contoh, ekonomi berusaha memecahkan masalah bagaimana menaikkan nilai rupiah terhadap dolar Amerika dengan cara menurunkan suku bunga bank. Sosiologi melihat persoalan ini dengan lebih luas lagi yang melibatkan berbagai unsur masyarakat, seperti usaha kecil menengah, hukum, pemberdayaan ekonomi rakyat, kondisi pribadi individual (seperti etos kerja dan kompetisi), dan struktur kekuasaan.

  • Sosiologi dan Ilmu Sejarah

Sosiologi dan sejarah merupakan ilmu sosial yang mempelajari kejadian dan hubungan yang dialami manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Sejarah melihat berbagai kejadian atau peristiwa yang dialami manusia pada masa silam dan mencari hubungan antarperistiwa tersebut. Selain itu, sejarah juga ingin menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, sejarah menaruh perhatian hanya kepada peristiwa masa silamdan sifat unik dari peristiwa tersebut, sementara sosiologi hanya memperhatikan peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antarmanusia dalam situasi dan kondisi berbeda.

  • Sosiologi dan Antropologi

Antropologi, khususnya antropologi sosial, agak sulit dibedakan dengan sosiologi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat primitive atau memiliki kebudayaan yang masih sederhana, sementara sosiologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat modern yang kompleks. Namun, sekarang ini antropologi juga menaruh perhatian pada masyarakat modern, seperti munculnya kajian antropologi perkotaan. Demikian pula dengan sosiologi, yang mulai melihat masyarakat pedesaan. Menurut Koentjaraningrat, yang membedakan sosiologi dan antropologi adalah metode-metode ilmiahnya.

  • Sosiologi dan Ilmu-Ilmu Alam

Sosiologi juga mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu alam, terutama dengan matematika. Dalam suatu penilaian, sosiologi menggunakan angka-angka matematis, seperti data-data statistik, sebagai salah satu alat analisisnya.

BAB III

PERAN SOSIOLOGI DALAM MASYARAKAT

Sebagai ahli ilmu kemasyarakatan, para sosiolog tentu sangat berperan dalam membangun masyarakat di suatu daerah terutama di daerah-daerah yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Bentuk-bentuk peran para ahli tersebut dapat di gambarkan dalam uraian berikut ini.

Sosiolog sebagai ahli riset

Seperti semua ilmuwan lainnya, para sosiolog menaruh perhatian pada pengumpulan dan penggunaan data. Untuk itu, para sosiolog bekerja sama dengan menggunakan berbagai cara, seperti melakukan riset ilmiah untuk mencari data tentang kehidupan sosial suatu masyarakat. Data itu kemudian diolah menjadi suatu karya ilmiah yang berguna bagi pengambilan keputusan untuk memecahkan masalha-masalah dalam masyarakat.

Dalam kaitan dengan hal ini, seorang sosiologi harus mampu menjernihkan berbagai anggapan keliru yang berkembang dalam masyarakat, karena salah informasi atau sekedar spekulasi-spekulasi belaka. Dari hasil penelitiannya, sosiologi harus dapat menghadirkan kebenaran-kebenaran agar dampak negative yang mungkin di timbulkan oleh kekeliruan dalam masyarakat dapat di hindari. Berdasarkan hal itu pula, seorang sosiologi bisa menghadirkan ramalan social yang di dasarkan pada pola-pola atau kecendrungan serta perubahan-perubahan yang paling mungkin terjadi.

Sosiolog sebagai konsultan kebijakan

Ramalan sosiologi dapat membantu memperkirakan pengaruh kebijakan social yang mungkin terjadi. Setiap keputusan kebijakan social adalah suatu ramalan. Artinya, kebijakan di amil dalam suatu harapan menghasilkan pengaruh atau dampak yang di inginkan. Namun, sering terjadi bahwa kebijakan yang di ambil tidak memenuhi harapan tersebut. Salah satu faktornya adalah ketidakakuratan kesimpulan dan dugaan yang salah terhadapa permasalahnya. Contohnya, apakah kebijakan pemerintah DKI Jakarta dalam menggusur pemukiman kumuh di bantaran sungai bisa mengurangi resiko banjir?? Apakah penutupan lokalisasi pelacuran di Kramat Tunggak dan menggantinya dengan pusat kegiatan keagamaan bisa menghilangkan pelacuran??

Sosiolog sebagai teknisi

Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka member saran-saran, baik dalam penyelesainnya berbagai masalah hubungan masyarakat, hubungan antarkaryawan, masalah moral, maupun hubungan antarkelompok dalam suatu organisasi.

Dalam kedudukan seperti ini, sosiolog bekerja sebagai ilmuwan terapan ( applied scientist ). Merek dituntut untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya dalam mencari nilai-nilai tertentu, seperti efisiensi kerja atau efektivitas suatu program atau kegiatan masyarakat.

Sosiolog sebagai guru atau pendidik

Dalam menyajikan suatu fakta, seorang sosiolog harus harus bersikap netral dan objektif. Contoh, dalam menyajikan data tentang masalah kemiskinan, seorang sosiolog tidak boleh menciptakan anggapan sebagai pendukung suatu proyek atau kegiatan tertentu atau mengubahnya sehingga terkesan reformis, konservatif, dan sebagainya.

Sosilog dapat menyajikan contoh-contoh konkret tentang bagaimana keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan social yang bersifat membangun serta memajukan apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman-pengalaman tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Boeman, PJ. 1982. Sosiologi Fundamental. Bandung: Jembatan.

Giddens, Antony. 2000. Sociology: Themes and Perspectives. London : Harper Collins.

Herkey, Wila. 1982. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Usaha Nasional.

Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Jakarta : PT. Penerbit Erlangga

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi 1. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjonoo. 1981. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta : Rajawali Press.

One Response to “Sosiologi dan Politik”

  1. Unknown says:

    yokatta~~
    mempermudah belajar... XD
    arigatou~~ XD

Your Reply