page view stat

Archive for Juni 2010

ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE


.

ANALISIS FINANCIAL LEVERAGE

A. PENGERTIAN FINANCIAL LEVERAGE

Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam arti harafiah, leverage berarti pengungkit/tuas. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber dana intern berasal dari laba yang ditahan, pemilik perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau prosentasi kepemilikan yang tertuang dalam neraca. Sementara sumber dana ekstern merupakan sumber dana perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya hutang. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban.

Suatu perusahaan dikatakan menggunakan Financial Leverage jika ia menggunakan sebagian dari aktivanya dengan sekuritas pembayaran bunga, misalnya hutang pada Bank, menerbitkan obligasi atau saham preferen. Perubahan EBIT ( Earning Before Interest and Tax ) akan mengakibatkan perubahan EPS ( Earning Per Share ).

Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. Kalau perusahaan dalam menggunakan dana dengan beban tetap itu menghasilkan efek yang menguntungkan dana bagi pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) yaitu dalam bentuknya memperbesar EPS-nya, dikatakan perusahaan itu menjalankan “trading on the eqity”

Dengan demikian “trading on the equity” dapat didefinisikan sebagai penggunaan dana yang disertai dengan beban tetap dimana dalam penggunaannya dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada beban tetap tersebut. Financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar.

Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat sepenuhnya dipenuhi dengan saham biasa, atau sebagian dengan saham biasa dan sebagian lain dengan saham preferen atau obligasi, dimana dua sumber dana yang terakhir adalah disertai dengan beban tetap (dividen saham preferen dan bunga).

Saham biasa adalah saham yang pembayarannya tidak pasti, dimana jumlah dan devidennya tidak tetap, dan pemilik saham biasa memiliki hak suara dalam RUPS

Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan.

Saham preferen adalah saham yang mempunyai tingkat presentasi tertentu dan pembayarannya dilakukan terlebih dahulu dalam pembagian deviden, jumlahnya tetap dan telah dinyatakan sebelumnya, namun pemilik saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam RUPS.

Untuk menentukan “income effect” dari berbagai pembayaran (mix) atau berbagai alternafif metode pembelanjaan terhadap pendapatan pemegang saham biasa (pemilik modal sendiri) perlulah diketahui tingkat EBIT (Earning Before Interest & Tax) yang dapat menghasilkan EPS (Earning Per Share) yang sama besarnya antara berbagai pertimbangan atau alternative pemenuhan dana tersebut.

Tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama besarnya pada berbagai perimbangan pembelanjaan (financing mix) dinamakan “Indifference Point” atau “Break-event point” (dalam financial leverage).

Untuk dapat mengetahui perimbangan pembelanjaan yang mana yang mempunya “income effect” yang terbesar terhadap EPS pada setiap tingkat EBIT, maka perlulah ditentukan lebih dahulu “indifference point” antara berbagai perimbangan pembelanjaan tersebut.

A.1 Indefference point antara utang dengan saham biasa

Saham biassa versus obligasi




Keterangan :

X = EBIT pada Indefference Point

C = jumlah bunga Obligasi

t = tingkat pajak perseroan

S1 = jumlah lembar saham biasa yang beredar, jika hanya menjual saham biasa

S2 = jumlah lembar saham biasa yang beredar jika menjal saham biasa dan obligasi secara bersama-sama

Contoh :

Perusahaan de’Lebaiz mempunyai tingakt EBIT Rp.60.000. perusahaan merencanakan untuk mengadakan perluasan usaha. Untuk itu perusahaan membutuhkan dana Rp. 2.000.000. adapun tambahan dana dapat diperoleh dengan tiga cara sbb :

a. Alternative I seluruhnya diperoleh dari saham biasa dengan nn Rp. 100/lembar.

b. Alternative II diperoleh dari utang/obligasi 15% dengan tingkat bunga 5% dan saham biasa 85%

c. Alternative II diperoleh dari utang/ obligasi 40% dengan tingkat bunga 5% dan saham biasa 60%

Jawab :

Jumlah lembar saham biasa baru :

AL. I = Rp. 2.000.000 : Rp. 100

= 20.000 lembar

AL. II = ( Rp. 2.000.000 : Rp. 100 ) * 85%

= 17.000 lembar

AL. III = ( Rp. 2.000.000 : Rp. 100 ) *60%

= 12.000 lembar

Nilai bunga obligasi baru

AL. I = 0

AL II = (Rp. 2.000.000 * 5% ) * 15%

= Rp. 15.000

AL. III = ( Rp. 2.000.000 * 5% ) * 40%

= Rp. 40.000

Keterangan

Alternative I

Alternative II

Alternative III

EBIT

Bunga obligasi

EBT

Tax 50%

EAT

EPS = EAT : Jmlh lbr saham

Rp. 60.000

Rp. 0

Rp. 60.000

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Rp. 1,5

Rp. 60.000

Rp. 15.000

Rp. 45.000

Rp. 22.500

Rp. 22.500

Rp. 1,32

Rp. 60.000

Rp. 40.000

Rp. 20.000

Rp. 10.000

Rp. 10.000

Rp. 0,833

Maka indifference pointnya adalah ;

( alternative 1 dan 3 )

0,5 x

=

0,5 (x - 40.000)


20.000

12.000


0,5 x (12.000) = 20.000 (0,5 x - 20.000)

6.000 x = 10.000 x – 400.000.000

4.000 x = 400.000.000

x = 100.000

x = Rp 100.000,00 ( EBIT pada indefference point )

Apabila diambil alternatif 1 dan 2, hasilnya pun akan sama, yaitu:

Saham Biasa versus Obligasi :

0,5 x

=

0,5 (x - 15.000)


20.000

17.000



0,5 x (17.000) = 20.000 (0,5 x - 7.500)

8.500 x = 10.000 x – 150.000.000

1.500 x = 150.000.000

x = 100.000

x = Rp 100.000,00

Keterangan

Alternative I

Alternative II

Alternative III

EBIT

Bunga obligasi

EBT

Tax 50%

EAT

EPS = EAT : Jmlh lbr saham

Rp. 100.000

Rp. 0

Rp. 100.000

Rp. 50.000

Rp. 50.000

Rp. 2,5

Rp. 100.000

Rp. 15.000

Rp. 85.000

Rp. 42.500

Rp. 42.500

Rp. 2,5

Rp. 100.000

Rp. 40.000

Rp. 60.000

Rp. 30.000

Rp. 30.000

Rp. 2,5

Apabila suatu perusahaan sebelumnya sudah mempunyai obligasi dan akan mengeluarkan obligasi baru, maka rumus perhitungan ”indifference point” di depan perlu diadakan penyesuaian menjadi:



Rounded Rectangle: Saham Biasa versus Obligasi :	(x-C1) (1-t)	=	(x-C2) (1-t) 	S1		S2


Keterangan:

X

=

EBIT pada indifference point.

C1

=

Jumlah bunga dalam rupiah yang dibayarkan dari jumlah pinjaman yang telah ada.

C2

=

Jumlah bunga dalam rupiah yang dibayarkan baik untuk pinjaman yang telah ada (yang lama) maupun pinjaman baru.

t

=

Tingkat pajak perseroan.

S1

=

Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa.

S2

=

Jumlah lembar saham biasa yang beredar kalau menjual saham biasa dan obligasi secara bersama-sama.

Contoh:

Perusahaan Jessica memiliki 9000 lembar saham biasa dengan nn Rp. 4000/lembar dan 3% obligasi sebesar Rp. 7.000.000. perusahaan merencanakan untuk mengadakan perluasan usaha. Untuk itu diperlukan dana sebesar Rp. 10.000.000 adapun tambahan dana tersebut dapat diperoleh dengan 3 cara sbb :

a. Seluruhnya diperoleh dari saham biasa dengan nn Rp. 4000/lembar

b. Seluruhnya diperoleh dari obligasi dengan bunga 20%

c. 35% diperoleh dari saham biasa dengan nn Rp. 4000/lembar dan 65% dari obligasi dengan bunga 20%

Perusahaan memperoleh EBIT dan pajak masing2 sebesar Rp. 3.000.000 dan 50%

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya indifference point dapat dihitung sbb.:

Jumlah lembar saham biasa baru

AL. a = 9000 + ( 10.000.000 : 4000 )

= 9000 + 2500

= 11.500 lembar

AL. b = 9000 + 0

= 9000 lembar

AL. c = 9000 + (35%(10.000.000 : 4000 )

= 9000 + 875

= 9875

Nilai obligasi baru

AL. a = 3% * 7.000.000

= Rp.210.000

AL. b = ( 3% * 7.000.000 ) + ( 20% * 10.000.000 )

=Rp. 210.000 + Rp. 2.000.000

= Rp. 2.210.000

AL. c = (3% * 7.000.000 ) + ( 65% ( 20% * 10.000.000 )

= Rp. 210.000 + Rp. 1.300.000

= Rp. 1.510.000

Keterangan

Alternative I

Alternative II

Alternative III

EBIT

Bunga obligasi

EBT

Tax 50%

EAT

EPS = EAT : Jmlh lbr saham

Rp. 3.000.000

Rp. 210.000

Rp. 2.790.000

Rp. 1.395.000

Rp. 1.395.000

Rp. 121,30

Rp. 3.000.000

Rp. 2.210.000

Rp. 790.000

Rp. 395.000

Rp. 395.000

Rp. 43,89

Rp. 3.000.000

Rp. 1.510.000

Rp. 1.490.000

Rp. 7 45.000

Rp . 7 45.000

Rp. 75,44

Maka indifference point nya adalah :

( x- 210.000 ) = ( x- 2.210.000 )

11.500 9000

9000x – 1.890.000.000 = 11500x – 25.415.000.000

2500x = 23.525.000.000

X = 9.410.000

Keterangan

Alternative I

Alternative II

Alternative III

EBIT

Bunga obligasi

EBT

Tax 50%

EAT

EPS = EAT : Jmlh lbr saham

Rp. 9.410.000

Rp. 210.000

Rp. 9.200.000

Rp. 4.600.000

Rp 4.600.000

Rp. 400

Rp 9.410.000

Rp. 2.210.000

Rp. 7.200.000

Rp 3.600.000

Rp 3.600.000

Rp. 400

Rp 9.410..000

Rp. 1.510.000

Rp. 7.900.000

Rp. 3.950.000

Rp . 3.950.000

Rp. 400

A.2 Indefference point antara saham prefferen dengan saham biasa

Dalam perhitungan saham preferen perlu diadakannya penyesuaian atau adjustment. Penyesuaian perlu diadakan karena bunga utang merupakan “tax deductible expense “ yang berarti mengurangi pendapatan yang dikenakan pajak ( taxable income ). Sedangkan deviden saham preferen bukan merupakan tax deductible expense. Dalam perhitungannya bunga dikurangi dari EBIT, sedangkan deviden saham preferen diambil dari EAT, deviden saham biasa tingkat bunga dihitung atas dasar sebelum pajak. Sedangkan deviden saham preferen atas dasar sesudah pajak.

Contoh :

Contoh :

Perusahaan de’Lebaiz mempunyai tingakt EBIT Rp.60.000. perusahaan merencanakan untuk mengadakan perluasan usaha. Untuk itu perusahaan membutuhkan dana Rp. 2.000.000. adapun tambahan dana dapat diperoleh dengan tiga cara sbb :

a. Alternative I diperoleh dari saham preferen 40% dengan tingkat bunga 5% dan saham biasa 60%

b. Alternative II diperoleh dari saham preferen 15% dengan tingkat bunga 5% dan saham biasa 85%

c. Alternative III seluruhnya diperoleh dari saham biasa dengan nn Rp. 100/lembar.


Alternatif I

Saham Pref. 40 %

Saham Biasa 60%

Alternatif II

Saham Pref. 15 %

Saham Biasa 85%

Alternatif III Saham Pref. 0 %

Saham Biasa 100%

Saham biasa

Rp 1.200.000,00

Rp 1.700.000,00

Rp 2.0000.000,00

Saham Preferen (5%)

Rp 800.000,00

Rp 300.000,00

Rp 0,00


Rp 2.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Jumlah lembar saham biasa

12.000 lbr

17.000 lbr

20.000 lbr

Sebagai langkah pertama adalah mengadakan adjustment mengenai dividen dari “after tax basic” menjadi “before tax basic”, misalnya dengan mengambil alternatif I dan III :

Dividen saham preferen atas dasar sebelum pajak:

=

1

(5% x Rp 8.00.000)

0,5




=

1

Xx Rp 40.000

0,5

=

XRp 80.000

Dengan menggunakan rumus indifference point dapat dihitung indifference point antara saham biasa dengan saham preferen sbb.:

0,5 x

=

0,5 (x – 80.000)


20.000

12.000


0,5 x (12.00) = 20.000 (0,5 x - 40.000)

6.000x = 10.000 x – 800.000.000

4.000 x = 800.000.000

x = 200.000

x = Rp 200.000,00

Indifference point saham biasa – saham preferen sebesar Rp 200.000,00 dan jumlah ini lebih besar daripada indifference point saham biasa – hutang. Pada tingkat EBIT Rp 200.000,00 besarnya EPS pada ketiga alternatif tersebut adalah sama, yaitu:


Alternatif I


Alternatif II


Alternatif III

EBIT

Rp 200.000,00


Rp 200.000,00


Rp 200.000,00

Bunga

Rp 0,00


Rp 0,00


Rp 0,00

Keuntungan Sebelum Pajak (EBT)

Rp 200.000,00


Rp 200.000,00


Rp 200.000,00

Pajak Penghasilan (50%)

Rp 100.000,00


Rp 100.000,00


Rp 100.000,00

Keuntungan Netto sesudah Pajak (EAT)

Rp 100.000,00


Rp 100.000,00


Rp 100.000,00

Dividen saham preferen (5%)

Rp 40.000,00


Rp 15.000,00


Rp 0,00

Tersedia bagi pemegang saham biasa

Rp 60.000,00


Rp 85.000,00


Rp 100.000,00

EPS

Rp 60.000,00


Rp 85.000,00


Rp 100.000,00

Jumlah lembar saham

12.000


17.000


20.000

Pedapatan per lembar saham (EPS) =

EAT T

Jml lembar saham biasa

Rp 5,00


Rp 5,00


Rp 5,00